Laman

Sabtu, 01 September 2012

Pelajaran Yang Dapat diambil dari semut

Sesungguhnya di dalam kehidupan semut terdapat pelajaran yang sangat berarti bagi umat manusia. Yaitu pelajaran tentang kesabaran, keteguhan, ketekunan, dan kesinambungan dalam usaha untuk mencapai tujuan. Ungkapan ini tidaklah berlebihan, karena semut senantiasa mengulangi usahanya berkali-kali hingga tercapai tujuannya. Ia bergelantungan di atas pohon, lantas jatuh lalu bangkit kembali dan berusaha untuk naik lagi, dan jatuh kembali. Begitu seterusnya hingga berhasil mencapai apa yang ia inginkan.


Jika jalan untuk mencapai tujuan ditutup ataupun dirintangi, ia akan mengalihkan langkahnya ke kanan atau ke kiri. Kadang ia menjauh dari jalannya yang pertama karena terdapat rintangan. Namun, ia tetap memfokuskan tujuannya seperti semula hingga tercapai. Jika perjalannya terhalang oleh genangan air yang tak dapat diseberangi, dia membuat formasi jeembatan diatas air bersama teman-temannya. Setiap semut berusaha untuk mengaitkan diri dengan lainnya di atas lintasan air seperti jembatan.

Mahasuci Allah yang telah menciptakan semut sedemikian rupa. Begitu besar hikmah yang dapat diambil dari hewan kecil ini, hingga Allah SWT mengabadikannya menjadi nama sebuah surat dalam Al-Qur’an, yaitu surat An-Naml (Semut). Sifat semut di atas adalah sifat seorang muslim sejati.

Seorang muslim akan senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya. Ia akan selalu sabar, teguh dan tekun tanpa mengenal kata lelah. Kegagalan tidaklah akan menyurutkan semangat seorang muslim untuk tetap menggapai apa yang dituju, karena ia yakin bahwa keberhasilan dan kegagalan seseorang berada di tangan Allah SWT. Ia hanya wajib berusaha dan berusaha lalu menyerahkan hasilnya pada Sang Khaliq. Al-Qur’an menyebutkan tentang perintah Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya untuk mencari berita tentang Nabi Yusuf. “Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf [12]: 87)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas).”

Rasulullah saw pun memberikan suatu keteladanan yang luar biasa dalam hal keteguhan untuk mencapai tujuan. Sejarah telah menerangkan bagaimana ketegaran dan keteguhan Nabi Muhammad saw ketika menyeru Islam kepada kaum kafir Quraisy. Berbagai godaan, hinaan, ancaman, yang dihadapkan kepada beliau tidaklah mampu menyirnakan keteguhan dalam berdakwah.

Bahkan, Muhammad saw mengucapkan, “Seandainya matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti untuk berdakwah.”

Sumber : Atmajaya, Riri. (2010). Menjadi Pemenang Saat Diuji Allah. Jakarta: QultumMedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar